BATIKTA
batik bercorak batak, kain yang bercerita

Trisna Pardede
Batik menjadi primadona di Indonesia sejak dinobatkan sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO. Ternyata, kepopuleran batik berhasil menggelitik hati seseorang yang berdarah Batak, salah satu suku bangsa di Sumatra Utara.
Batik banyak berkembang di berbagai daerah di Pulau Jawa. Meski begitu, batik juga dipakai oleh semua orang di Indonesia, termasuk orang Batak. Mereka sering mengenakannya ke berbagai acara.
Pada 2012 lalu, Trisnayanti Pardede, seorang gadis keturunan Batak, berniat membangun usaha batik berkat dorongan dari sang kakak yang berbaik hati untuk membantu permodalan. Sang kakaklah yang memberinya ide untuk membuat batik dengan corak khas Batak.
“Saya tidak mau jika hanya sekedar menciptakan produk tanpa makna,” kata Trisna pada sebuah perjumpaan dengan Bisnis belum lama ini. Karena itu, dia begitu ingin mempersembahkan setiap motif batik yang bercerita.
Trisna terinspirasi dari dua benda yang tak asing lagi bagi orang Batak yaitu ulos dan gorga. Kedua benda tersebut sering terlihat dalam keseharian orang Batak, namun pemakaiannya tak boleh sembarangan.
Ulos merupakan kain tenun khas Batak, bentuknya selendang yang memiliki warna dominan merah, hitam, dan putih. Sementara gorga adalah ukiran atau pahatan yang gampang ditemui di rumah adat Batak, gedung pertemuan maupun pelaminan.
Melalui merek Batikta, terciptalah berbagai motif batik dengan sentuhan Batak. Keindahan ulos dan gorga seakan dipindahkan ke sehelai kain yang mudah dipakai dan melekat di badan.
“Leluhur kami tidak membuat batik, sehingga kami harus menciptakan corak sendiri yang tetap berpatok pada budaya kami,” kata Trisna yang lahir di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara, 17 Juli 1986.
Usaha Batikta dimulai di Bandung, kota tempat Trisna meluluskan studinya di S1 Manajemen Universitas Padjadjaran. Meski berhasil mengemas produk batik ala Batak, dia tak mau mengklaim bahwa Batikta adalah batik Batak. Niatnya hanya mencoba mengeluarkan produk yang bermakna dan berbeda.
Salah satu corak batik dari Batikta terinspirasi bentuk gorga ipon-ipon yang terdapat di bagian tepi gorga. Ipon-ipon artinya gigi. Maknanya adalah keindahan. Motif gorga ipon-ipon biasanya diaplikasikan ke bagian kerah baju.
Selain itu ada motif yang terinspirasi dari gorga singa-singa. Singa di kalangan orang Batak identik dengan penjaga rumah. Batik bermotif gorga singa-singa memiliki makna kenyamanan dan rasa dilindungi.
Motif batik yang mirip ulos sadum penuh warna-warni melambangkan keceriaan serta suka cita. Sementara motif batik yang mengadaptasi ulos bintang maratur memiliki filosofi keteraturan dalam hidup, seperti jajaran bintang yang disusun teratur.
“Tidak semua jenis ulos cocok untuk diadaptasi menjadi motif batik. Ada ulos khusus yang dipakai saat upacara kematian, kami tentu saja tidak menerapkannya untuk kain batik,” ungkapnya.
Motif-motif tersebut bisa berdiri sendiri dalam sebuah kain namun bisa juga dikombinasikan. Hasilnya, kain batik dengan sentuhan Batak yang memiliki cerita. Untuk menyampaikan filosofi yang terkandung pada motif batik, setiap produk Batikta dilengkapi dengan kartu filosofi yang membeberkan makna motifnya.
Hingga kini, sudah ada sekitar 100 motif batik yang diciptakan Batikta, namun baru 20 yang telah dipublikasikan. “Proses pembuatan batik kami tak jauh beda dengan batik lain,” jelas Trisna.
Kain yang mereka gunakan adalah katun dobi, fiscos dan sutra. Komposisi penggunaan pewarna agak berbeda dengan batik lain karena warna yang banyak digunakan yaitu merah, hitam dan putih.
Untuk pemasaran, Batikta memiliki reseller yang disebut dongan. Dongan dalam bahasa batak artinya sahabat. Batikta sudah memiliki sekitar 27 reseller di seluruh Indonesia yang memasarkan produk dengan bantuan katalog.
Selain itu, Batikta mengandalkan pemasaran online melalui website, akun Facebook, Fan Page di Facebook dan Twitter. Batikta juga menerima pesanan dengan partai besar.
Saat ini Trisna sudah membawahi pekerja yang memegang tugas berbeda mulai dari membatik, desain, menjahit, hingga staf umum. Meski begitu, jumlah permintaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu belum bisa dipenuhi jika hanya mengandalkan pekerja yang ada.
“Seperti penjahit. Dia hanya membuat sebuah contoh pakaian saja, sisanya pekerjaan kami serahkan ke konveksi yang sudah bekerjasama,” kata Trisna.
Batikta mengeluarkan 2 jenis batik yaitu batik tulis dan batik cap yang masih dikerjakan di Bandung, namun pembatiknya didatangkan dari Solo. Sementara untuk pesanan partai besar, agar lebih cepat pengerjaannya, mereka juga melemparnya ke Solo untuk dikerjakan dengan proses printing tradisional.
Saat ini Batikta sudah memiliki 2 showroom yang berlokasi di Bandung dan Balige. Harapan Trisna, pada akhir 2013, Batikta telah memiliki workshop di Balige yang juga bisa menjadi tempat wisata batik.
Dalam sebulan, rata-rata terjual 300 pcs produk Batikta. Angka tersebut belum termasuk dengan pesanan partai besar. Hingga kini, konsumen Batikta masih dominan dari orang Batak. Produk Batikta sudah dikirim ke luar negeri seperti Jepang dan Jerman meski permintaannya masih dari orang Indonesia yang tinggal di sana.
Batikta mengeluarkan produk kain batik yang harganya dipatok Rp200.000-Rp250.000, sementara untuk pakaian dari kain batik dihargai Rp250.000-Rp700.000. Harga tersebut memang masih menyasar kelas menengah atas.
Mengingat Batikta mencerminkan ciri khas Batak, pemerintah setempat juga menginginkan agar Batikta lebih dikembangkan di daerah asalnya.
Batikta berkembang cukup pesat, mengingat kompetitornya juga tidak banyak. Trisna merasa ilmu manajemen yang dipelajarinya di bangku kuliah sangat bermanfaat untuk menjalankan usaha. Trisna yang sedang melanjutkan pendidikan di S2 Magister Ilmu Manajemen Universitas Padjadjaran berprinsip, salah satu kunci sukses menjalani bisnis adalah memastikan setiap orang bekerja sesuai fungsinya.
Hingga kini Trisna yang mengaku tak bisa membatik, senantiasa memastikan agar setiap orang yang bekerja padanya merasa nyaman.